Thursday, July 26, 2012

Fifty Shades Of Grey


Data Buku:
Judul : Fifty Shades Of Grey
Penulis : EL James
Tanggal terbit : 26 May 2011
Penerbit : Vintage
ISBN : 1612130291

Uhm...sebenernya males ngepost review ini. Tapi daripada blog isinya meme mulu maka yah sebaiknya dipost saja. Yup...saya belum serajin itu untuk bikin review baru lagi. Hehehe....#LaluDikeplak
"It's an absurd review about an absurd book written by an even more absurd reviewer. So if you find many garing and rolling eyes moments, it is intended. Anyway...proceed at your own risk."
"I like to move it move it. I like to move  it move it...
She likes to move it..."


Nyanyian riang di siang terik itu memecah kesunyian hutan.
Tampak sebentuk kuda nil bernama Hippi sedang berenang dengan bahagianya di kolam lumpur.

"Hippi, loe ngapain berendem gitu? Belom siap juga?" Ujug-ujug aja, tiga sosok sudah berdiri di pinggir kolam, mengganggu keasikan kuda nil tersebut.

Dengan enggan, dia bangkit dari kolam lumpurnya. "Iya bentar. Gw siap-siap dulu. Kalian nyante dulu lah, terserah ngapain aja. Makan batu kek. Macul kek. Suke-suke aje ye." Hippi meninggalkan ketiga makhluk tersebut. Sesungguhnya, mereka ber-4 emang janjian mau main ke twitterland. Cuma aja dia keasikan berendem tadi.

Oh sebelum lanjut, mending kenalan dulu ama 3 teman Hippi.
Yang pertama namanya Puss in boots. Sesuai namanya, dia adalah kucing yang hobinya pake sepatu boot, berbulu coklat oranye.
Yang kedua adalah Bangau. Warna bulunya putih seperti vanilla, suka pakai tutup kepala semacam kerudung.
Dan yang terakhir, adalah sesosok makhluk bundar yang colourfull, punya tangan dan kaki yang bisa dilipat masuk macam kura-kura. Dia biasa dipanggil Bola Pantai.

Bola Pantai mulai gelundungan ke sekitar kolam Hippi dan tanpa sengaja menemukan buku bergambar dasi di depannya berwarna abu-abu. "Eh si Hippi juga dapat kiriman nih buku dari Grey toh," infonya kepada yang lain sambil mengacungkan buku tersebut.

"Setau gw emang semua dapat kok tuh buku. Kan Christian bagi-bagi gratis waktu launching."

Yang dimaksud adalah Christian Grey, tetangga di hutan sebelah yang namanya ngehits akhir-akhir ini. Semua karena (mantan) pacarnya Christian, Anastasia, menerbitkan buku tentang cerita mereka.

"Spadaaaaa..." Seekor burung berkostum pilot sudah berdiri di pinggir kolam. Itu sahabat mereka juga, si Birdy Pilot. (Agak susah jelasin kostum Pilot. Coba liat avatarnya Perdani. Yah that's pretty much the same)

"Oh...kalian semua di sini toh." Birdy mengulurkan 4 undangan ke mereka, termasuk ke Hippi yang udah balik ke pinggir kolam. "Nih kalian dapat undangan ke kondangannya si Grey sama Ana."

Puss, Bangau, Bola Pantai dan Hippi membaca undangan tersebut. Undangan berwarna abu-abu bergambar topeng karnaval di depannya. Dan mempunyai ketebalan sekitar 300 halaman.

"Ini undangan ato daftar dosa sih? Tebel amat."

"Plis deh Hippi. Gak semua orang punya dosa setebel loe. Itu undangan lah. Tapi untuk nemu detail acara kayak venue dan tanggal, emang bukunya kudu dibaca sih. Tersirat di situ soalnya," jelas Birdy.

"Hmm...makin eksis aja tuh 2 orang. Ini kayaknya launching buku kedua sekalian kondangan deh." Bangau berkomentar sambil skimming undangan tebel itu.

"Waow..." Puss bersiul takjub. "Bakal gede-gedean nih kondangannya.Lebih gede dari kondangan si Edward kemarin."

"Edward sopo?" tanya Birdy clueless.

"Ih masa lupa. Edward anaknya Mang Carlisle dan Ceu Esme yang tinggal di hutan sebelah." Hippi berusaha membangkitkan ingatan Birdy.

"Itu lhooo...Edward yang kemaren nelen lampu disko." Bola Pantai bantu kasi tambahan informasi.

"Oo...Edward yang bodinya blingbling itu? Yang kemarin jualan combro di pasar Rebo?" Akhirnya Birdy nyambung juga. "Lalu apa hubungannya Edward sama Grey?"

"Ya kan kemaren rame gegara dibilang ini cerita Grey-Ana mirip sama Edward-Bella gitu deh. Lokasinya sih sama-sama di hutan Washington."

"Emang ceritanya kayak apa sih? Gw belum baca." Birdy bertanya sambil mulai ngemil cacing tanah favoritnya.

"Simpel aja sih," Puss memulai penjelasan. "Critanya si Ana diminta gantiin temennya buat wawancarain si Grey untuk profil majalah kampus."

"Kenapa Grey yang dipilih ya?" Birdy memotong. "Eh btw gak ada yang mo cacing nih?"

Tawaran baik hati itu ditolak. Dan Puss pun melanjutkan penjelasannya."Soalnya Grey itu kan bilyuner muda, ganteng pula. Nah dari awal ketemu, menurut Ana sih kayak ada arus listrik gitu di antara mereka. Ana udah mupeng ama si Grey. Eh belakangan ketahuan si Grey juga sama pengennya. Tapi Grey masih sok nolak Ana sih."

"Hah? kenapa gitu?" Birdy mengerutkan keningnya.

"Karena Grey tipe orang yang tortured dengan pribadi kompleks. Termasuk diantaranya tuh kedemenan dia sama BDSM, utamanya sih di peran Dominant-Submissive. Nah menurut Grey, si Ana yang masih lugu itu gak cocok. Tapi yah berhubung Ana-nya pasif agresif dan Grey juga nepsong abis ke Ana, akhirnya lanjut deh." Gantian Bola Pantai yang kasi penjelasan.

"Dan Ana mau? Dia mau jadi sub-nya Grey?" Birdy tampak susah percaya.

"Rada gak redho juga sih dia sebenernya. Tapi yah gitu deh. Dia plin plan. Pengen tapi takut. Tapi gak langsung juga. Grey bilang buat jadi sub-nya, Ana kudu tanda tangan kontrak dulu yang ngatur gimana hubungan mereka." Kali ini Bangau yang bersuara.

"Aaarrgghh...itu kontrak nyebelin amat ya. Sableng itu si Grey, semuanya mau diatur. Berapa jam Ana kudu tidur, berapa jam dia olahraga, makannya apa aja ampe baju dan nyalon-nya Ana juga diatur. Control freak!" Bola Pantai sewot kala teringat kontrak ajaib itu.

"Segitu resenya tuh kontrak? Dan Ana mau tanda tangan? Eh...eh...jadi dari pertama mereka ML, udah maen pecut sama ikat gitu?" Birdy masih tampak susah percaya.

"Kontraknya emang rese, tapi ampe terakhir gw baca sih Ana belum resmi tanda tangan kontrak, meski udah bilang mau. Dan waktu pertama "nujes"...O iya namanya bukan ML menurut Grey. Itu namanya "nujes" doang... Jadi waktu pertama itu, mereka lakuinnya vanilla "nujes" doang karena si Ana kan belum pengalaman. Kamsudnya bikin si Ana ngerasain "ditujes" tuh kayak apa." Hippi menjelaskan dengan sabar.

Bangau mengambil giliran,"Setelah Ana tau rasanya kayak apa dan jadi doyan, maka pembicaraan tentang tuh kontrak berlanjut. Ya inti cerita sih sebenernya gitu. Tapi masih dipanjangin lah dengan ragu-ragunya Ana, dengan percobaan waktu diiket ato pake pecutan gitu, dengan..."

"Gw gak suka tuh karakter Christian," potong Bangau dengan esmosi. "Ya emang sih jadi orang tajir melintir kayak dia ada enaknya. Gampang aja kasi mobil Audi ke ceweknya, ato laptop baru cuma dengan alasan because-i-can-nya itu. Tapi dia beneran control freak. Semuaaaa mau diatur. Masak si Ana mo minum Coke aja gak boleh. Kudu wine karena wine cocok dengan makanan pesenannya. Cih...situ kira situ sape?"

"Iya!" Gantian Puss yang esmosi. "Yang juga ngeselin lagi, si Ana gak boleh gigit bibir depan dia, karena dia langsung jadi pengen "nujes" Ana. Kalo gw jadi Ana sih sebodo amat deh gw gigit tuh bibir ampe jontor. Depan umum juga bodo. Kalo ampe Christian nekat mo "nujes" depan umum sih ya biarin aja. Paling digrebek sama ormas yang membernya jenggotan ntu."
Puss tarik napas sebentar sebelum kembali melanjutkan ocehannya,"Trus...Ana juga gak boleh roll her eyes depan dia karena dia langsung pengen slap Ana. Ada masalah apa sih si Christian sama mata? Apa dia pernah liat orang rolleyes ampe matanya jadi copot makanya dia jadi freak gitu? Ato dia pernah nembak cewe dan itu cewe nolak dia cuma dengan rolleyes doang?" Puss tarik napas lagi. "Dan Christian punya 1 kebiasaan paling ngeselin, yaitu..."

"COCK HIS HEAD TO ONE SIDE!" ketiga temannya kompak teriak dan nyengir kuda bareng. Semua sepakat, kebiasaan itu emang gengges.

"Tapi gw sih lebih kesel sama Ana ya," ganti Bola Pantai yang berbicara. "Ya okelah hari gini masih ada cewe kuliahan yang pinter, lugu juga virgin. Ya oke jugalah kalo Ana itu gaptek ampe email pun gak punya. Tapi yang ngeganggu gw, gimana bisa cewe yang katanya pinter gak ngerti apa yang dia mau? Awalnya dia bilang cuma mau "more" kayak coklat, bunga, ato apalah. Dan Christian udah bilang oke.
Lah di page 300an dia baru ngeh kalo dia "need Christian Grey to love her". Kenapa oh kenapaaaa dia baru tahu apa yang dia butuhkan pas terakhir sih?
Kalo dia nyadar dari awal kan semuanya bisa cepat jelas dan gw gak perlu tersiksa baca curhatan dia. Aaarrgghhhhh...!!!" Bola Pantai pengen narik-narik rambutnya sebelum nyadar kalo dia gak punya rambut dan akhirnya ganti nyemilin rumput. (Ya emang perbandingan yang jauh sih, tapi ya sudahlah. Cerita aing mah kumaha aing.)

"Curhat?" Tetap saja, Birdy yang mengajukan kalimat tanya dalam conversation ini.

"Ya dasarnya itu buku emang curhatan Ana doang sih. And not well written, me think."

"Setuju!" Puss meng-amini pendapat Bangau. "Gw terganggu dengan banyaknya repetitif di situ. Scalps prickles, heart leaps into mouth, pants hang off his hips, ana's flawless skin, how beautifull christian is. Panjang lah kalo mo diterusin."

"Ah tapi loe lupa nyebutin holly dan crap. Bosen gw baca si Ana doyan banget ngomong itu 2 kata. Dari holly god ampe holly cow semua ada. Dan itu crap, ya owooohhh dari crap ampe triple crap juga disebut. Padahal apa enaknya sih triple crap. Enakan juga threes..." Ocehan Hippi terhenti waktu dia ngeh ke-4 temannya menatap ke arahnya dengan ekspresi "idih-banget-sih-loe".

"Kalian belum bahas inner goddess dan subconcious," Bola Pantai roll its eyes. "Kalo orang lain didampingi angel-devil, maka Ana punya inner goddess dan subconcious.
Dan yang gengges adalah, 2 makhluk itu gak bisa diem. Gw jenuh baca si inner goddes ngumpet di bawah kursi, subconcious ketok kaki ke lantai. Bentar ada yang nari cheerleader, ada yang geal geol. Aaarrgghh...capek deh gw. Gw kan tipe visual, semua tindakan tokoh yang gw baca kudu gw bayangin dulu. Kalo ada yang hiperaktif kayak gitu, ya gw pegel ndiri bayanginnya."

"Kapasitas otak loe emang mentok sih. Gitu aja dibayangin ampe cape," Hippi mencela dengan cueknya, gak peduli dengan ekspresi siap keplak yang dipasang Bola Pantai.

"Trus gaya ceritanya boriiingg banget. Lambaaaattt banget. Gila...gw berapa kali ketiduran pas baca ini buku. Mereka ngomong biasa, gw ketiduran. Mereka dinner, gw ketiduran. Bahkan mereka "tujes-tujesan" yang katanya heboh itu juga tetep aja gw ketiduran! Imagine that." Bangau masih takjub kalo ingat bisa-bisanya ada buku segini boring jadi nge-hits abis.

"Dan gw bosan dengan ide standar kayak gini. Orang tajir ngajak cewe naik helikopter? Ih udah pernah sama F4. Kalo emang tajir, mbok ya ajak ke Jupiter gitu kek, pake roket pribadi.
Trus juga ketemuan gak sengaja gara-gara interview. Bah! Bikin kek yang lain. Ketemuan waktu ceweknya lagi terjun bebas dari pesawat kek. Ketemuan waktu cowoknya lagi naik delman dan duduk di atas pak kusir kek. Ato apalah. Pokoknya jangan bikin crita dimana mestinya si A yang datang tapi diganti B dan akhirnya B ketemu C. Sooo basi!" Yup..curhat nyinyir itu dari siapa lagi kalo bukan dari Bola Pantai.

"Ah loe mah ngiri aja. Bilang aja loe masih sewot kemarin wawancara kerja loe gagal. Boro-boro ketemu cowo tajir. Kerjaan aja gak dapet." Bangau cuek ngenye Bola Pantai.

"Yah itu juga sih," aku Bola Pantai sambil gigit bibir dan miringin kepala ke 1 sisi.

"Tapi gw gak ngerti. Kenapa bisa loe gak dapat tuh kerjaan? Maksud gw, ada segitu banyak pantai di dunia, masak sih gak ada satu pun yang butuh bola? Apalagi bola pantai kayak elo," tanya Birdy penasaran.

"Kata sapa gw daftar kerjaan jadi bola pante? Cih sori! Biar kata bola juga, gw punya harga diri. Gak sudi gw ditendang sama anak kecil hiperaktif di pante. Gw cuma mau ditendang sama pemain bola ganteng tauuu!" Bola Pantai masih sewot, masih gigit bibir.

"Lah abis loe ngelamar kerjaan jadi apa?" Kali ini Puss yang penasaran.

"Model bikini."

Semua terpana.

"Bola, loe adalah bukti nyata betapa fatalnya efek kurang asi untuk kecerdasan otak." Pernyataan Hippi itu diamini oleh 3 yang lain.

"Eh..eh...jadi kalian mau datang kondangannya gak?" Birdy mengajukan pertanyaan demi mencegah perang yang tampaknya akan segera pecah antara Bola Pantai dan Hippi. Soalnya Bola udah mulai angkat-angkat batu, sementara Hippi keluarin jarum.

"Entahlah...gw mo ke Istana Kristal dulu," gumam Hippi.

"Gw kayaknya kudu puasa yang bener abis baca ginian. Berasa udah mendzolimi otak aja."
Pernyataan Bangau mendapat persetujuan dari dua yang lain.

"Kumaha engke aja lah," gumam mereka.

"Gw denger sih bakal dijadiin film nih. Kalo filmnya udah keluar, kalian mo nonton?" Dan masih juga, Birdy yang mengajukan pertanyaan.

"Hmm...yang main siapa ya? Itu penting banget!" Bangau dan Bola Pantai kompak nanya. Sementara Hippi memutuskan kembali berendam lumpur karena kegerahan.

Info gini pastilah Puss yang paling update. Maka secara sukarela, dia yang menjawab pertanyaan itu. "Entah. Masih belum jelas sih. Banyak yang digosipin mau. Gw sih ngarepnya si Pattinson aja. U know, biar gw sekalian gak nonton."

"Menurut gw sih, kudunya mah gw yang jadi si Grey," Hippi nyamber komen sambil ngesot dari kolam lumpur.

"Heu? Elo?" Ke-4 temannya menatap skeptis.

"Ya loe pikir dong, namanya aja udah 50 bayangan abu-abu, si Christian Grey. Grey gitu lho. Abu-abu!" jelas Hippi dengan berapi-api. Dia ingin meyakinkan kalau ketiga temannya mudeng bahwa grey itu artinya yaa...abu-abu.

"Terus?" tanya Bola Pantai.

Hippo melirik gegetun pada Bola Pantai. "Masak elo gak liat kalo warna gw abu-abu? Itu si Christian cuma bayangannya yang abu-abu. Lah gw...sebadan-badan ini abu-abu semua. Lebih cocok gw bukan?"

"Ooo...." koor keempat temannya kompak.
Mereka berempat gak ada yang tega kasi tau Hippi bahwa bukan itu maksudnya 50 shades of grey.

"Lagian di kategori lain juga gw cocok. Si Christian sikpek, gw malah delapan pek. Si Christian seksi, apalagi gw." Dan untuk membuktikan keseksiannya, Hippi mulai goyang afro circus nya yang femes itu.



Ada hening yang tercipta...

Empat sahabat itu terdiam, berusaha memasukkan image Hippi sebagai Christian Grey sambil menontonnya joget afro.

Image and video hosting by TinyPic

Mungkin udara yang panas memang bisa merusak otak atau mungkin juga goyangan Hippi emang segitu seksinya, pokoknya Puss, Bangau, Birdy dan Bola Pantai mulai bisa membayangkan Hippi sebagai Christian.



Meskipun...

"Euh...maap aja ya, Hippi. Gw rasa ada 1 hal yang bikin loe kurang masuk ke imej si Christian." Seperti biasa, Bola Pantai yang doyan protes kembali bersuara.

"Apaan?" tanya Hippi yang rada keki karena tariannya terganggu.

"Ituuu....si Christian kan demen maen pecut yaa. Ya agak susah aja ngebayangin loe yang baek hati, rajin dan suka menabung ini demen maen pecut juga."

"Tah etaaa..." teriak Hippi sambil menepukkan kedua tangannya yang penuh lumpur dengan bersemangat. Saking semangatnya, Hippi gak nyadar kalo percikan lumpurnya menciprati wajah bangau yang duduk di sebelahnya. "Itulah bedanya gua sama si Christian. Kalo dia suka maen pecut, nah gw..."

"Loe suka maen hulahup?" tanya Puss dengan jail.

"Bukan. Jangan potong gw deh," Hippi melirik ganas pada si Puss. "Kalo si Christian suka memecut, nah gw suka dipec..."

Senyap...

Ucapan Hippi terputus ampe disitu. Dia sadar kalo dia hampir saja kelepasan mengakui hobinya. Untung dia gak kelepasan ngaku hobinya yang lain yaitu nari tiang.

Kembali, ada hening yang tercipta.

Namun kali ini hening itu berbahasa.

DISCLAIMER:
This is a work of fiction. If you found any similarity between one of the characters and yourself or someone that you know, than it's a..uhmmm...yaahh...derita loe itu sih!
Kenapa juga kudu nyadar sih? #Eaaaaa #GelundunganAmpeAmbon

PS 1:
Editan review ini diposting teriring group hug untuk klub 50 United dan salam keplak untuk Pak Presiden yang bilang repiu pertama gw gak sah. Naon maksudnya? Masih sama boringnya kok!

PS 2:
Juga terkirim permohonan maaf saya untuk siapa pun penemu kata "tujes". Sorry if I give bad meaning to that word >.<

Friday, July 20, 2012

Friday's Recommendation #2 : Before I Fall


Yap...kembali lagi di Friday's Recommendation yang di-host oleh Ren di blognya Ren's Little Corner.

Sebelum dimulai, saya mau post aturan meme ini yang di-copas dari blognya Ren :

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.

2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.

3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.

4. Posting button (sementara) meme di bawah ini :
5. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah post ini, sehingga pembaca bisa blog walking.

6. Untuk pembaca blog yang tidak punya blog, bisa menulis rekomendasinya di kolom komen.

7. Bahasa yang dipergunakan terserah. Jika memang khusus blog yang menggunakan bahasa Inggris, dipersilakan menulis dengan bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya.


Nah untuk minggu ini, saya akan merekomendasikan buku ini untuk diterjemahkan :


Before I Fall by Lauren Oliver
Genre : Young Adult Romance

Sinopsis :

What if you only had one day to live? What would you do? Who would you kiss? And how far would you go to save your own life?

Samantha Kingston has it all: looks, popularity, the perfect boyfriend. Friday, February 12, should be just another day in her charmed life. Instead, it turns out to be her last.

The catch: Samantha still wakes up the next morning. Living the last day of her life seven times during one miraculous week, she will untangle the mystery surrounding her death—and discover the true value of everything she is in danger of losing.

  
 Oke...saya tahu covernya kurang menggoda selera. Never mind the cover, please.

Saya pertama kenal Lauren Oliver lewat bukunya Delirium dan jatuh cinta sama ide cerita dan kalimat-kalimatnya yang indah.
Before I Fall menceritakan seorang gadis bernama Samantha. Di sekolahnya, Samantha masuk dalam geng cewe popular yang rada "mean" ato singkatnya kelompok "Mean Girls". Sampai di suatu hari jumat, Samantha menemui ajalnya.
Anehnya...dia masih hidup keesokan paginya, namun di hari jumat yang sama. Yup...Samantha diberi kesempatan untuk menjalani hari terakhir dan menata ulang kehidupannya. Dan kesempatan itu bukan hanya datang sekali, tapi berkali - kali.
Hal yang membuat Samantha sadar apakah hidupnya selama ini sudah benar. Apakah pacarnya adalah cowok yang sungguh-sungguh dicintainya? Apakah dia sudah memberi waktu yang cukup banyak untuk mengenal keluarganya sendiri?
Dan kita pun diajak untuk menyimak transformasi Samantha menjadi pribadi yang dewasa.

Lalu bagaimana endingnya?
Akankah Samantha memperoleh 1 kesempatan lagi setelah dia menyadari kesalahan-kesalahannya?
To find out, you have to read it by yourself ;).


To be honest, ide Before I Fall mungkin gak baru-baru amat. Ide "hari-yang-berulang-untuk-memperbaiki-kesalahan-yang-diperbuat" sudah beberapa kali dipakai dalam novel dan film.
But still...it's Lauren Oliver, the author that I can't miss out.
Kekuatan buku ini terletak dalam kalimat-kalimatnya yang indah. Kalimat seperti :
Maybe you can afford to wait. Maybe for you there's a tomorrow. Maybe for you there's one thousand tomorrows, or three thousand, or ten, so much time you can bathe in it, roll around it, let it slide like coins through you fingers. So much time you can waste it.
But for some of us there's only today. And the truth is, you never really know.” 
“I guess that's what saying good-bye is always like--like jumping off an edge. The worst part is making the choice to do it. Once you're in the air, there's nothing you can do but let go.”
“The whole point of growing up is learning to stay on the laughing side.”  

Aaaahh....masih banyak banget quote yang pengen saya taro di sini, tapi takutnya ntar nih post berubah jadi Friday's Quote. Hehehe... :D

Banyak blogger yang menyatakan novel ini sebagai : provoking, gripping, intense, and wonderfully written.
And I can't agree more.

Sebenernya sih saya agak dilema naro ini di Friday's Recommendation. Soalnya, seperti yang saya bahas, kekuatan Oliver itu di kalimatnya. Dan novel terjemahan Oliver yang pertama (Delirium) gagal menunjukkan keindahan itu. Saya khawatir aja kalo buku ini diterjemahkan juga, banyak makna yang akan berubah.
But heck...this is a really good book about life. Walau pun terkesan "remaja" banget, tapi sebagai orang dewasa banyak yang bisa saya petik dari sini. Hal-hal yang mengingatkan saya akan masa remaja, tentang hal-hal yang ingin saya lakukan dulu dan belum juga sampai sekarang.

Dan karenanya, saya berharap buku ini akan ketemu dengan penerbit/penerjemah yang bisa menggubah kalimatnya seindah milik Oliver.
Oh and please, give a better cover too :)

Inilah rekomendasi saya. Apa rekomendasimu?

Dan jangan lupa, cek rekomendasi teman-teman lain di sini




Friday, July 13, 2012

Friday's Recommendation #1 : On The Island

Sudah lama sebenarnya saya ingin ikutan meme yang diselenggarakan di blog-blog BBI.
Tapi ndak berani karena takutnya gak bisa commit.

Masalahnya, ide meme dari Ren, pemilik Ren's Little Corner ini terlalu menarik untuk dilewatkan. Jadi saya memberanikan diri untuk ikutan.

Meme yang diberi judul Friday's Recommendation ini mempunyai aturan sebagai berikut :

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.

2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.

3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.

4. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah post ini, sehingga pembaca bisa blog walking.

5. Untuk pembaca blog yang tidak punya blog, bisa menulis rekomendasinya di kolom komen.

Dan untuk minggu ini, saya merekomendasikan buku ini untuk diterjemahkan :


On The Island by Tracey  Garvis - Graves
Genre : Young Adult, Drama

Sinopsis : When thirty-year-old English teacher Anna Emerson is offered a job tutoring T.J. Callahan at his family's summer rental in the Maldives, she accepts without hesitation; a working vacation on a tropical island trumps the library any day.

T.J. Callahan has no desire to leave town, not that anyone asked him. He's almost seventeen and if having cancer wasn't bad enough, now he has to spend his first summer in remission with his family - and a stack of overdue assignments - instead of his friends.

Anna and T.J. are en route to join T.J.'s family in the Maldives when the pilot of their seaplane suffers a fatal heart attack and crash-lands in the Indian Ocean. Adrift in shark-infested waters, their life jackets keep them afloat until they make it to the shore of an uninhabited island. Now Anna and T.J. just want to survive and they must work together to obtain water, food, fire, and shelter. Their basic needs might be met but as the days turn to weeks, and then months, the castaways encounter plenty of other obstacles, including violent tropical storms, the many dangers lurking in the sea, and the possibility that T.J.'s cancer could return. As T.J. celebrates yet another birthday on the island, Anna begins to wonder if the biggest challenge of all might be living with a boy who is gradually becoming a man


Alasan kenapa saya mengharap buku ini diterjemahkan selain karena ratingnya tinggi di Goodreads (nembus angka 4, bo!) juga karena ceritanya menarik. Tentang sepasang manusia yang terdampar di pulau terpencil, bagaimana mereka bertahan hidup. Juga tentang cinta berbeda usia dimana ceweknya lebih tua. Wuaa...menarik! Saya sudah membayangkan konflik emosi di antara kedua tokohnya, juga konflik yang didapat dari tentangan masyarakat. Dan kalo mengacu dari review di Goodreads, tampaknya bayangan saya benar. Selain itu genre YA kan lagi booming.

Yang lebih senang lagi, buku ini bukan seri, cuma 1 judul ini aja. Rata-rata buku YA kan berseri. Jadi seneng kalo nemu buku YA bagus yang gak berseri.

Nah itu rekomendasi saya untuk Jumat pertama ini. Gimana dengan kamu?
Oh ya...Jangan lupa kunjungi blog Ren dan baca-baca rekomendasi peserta meme lainnya

  

Thursday, July 12, 2012

Memory & Destiny

Judul : Memory & Destiny
Penulis : Yunisa KD
Tahun Terbit : 2010
ISBN 13 : 9789792256581
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Review di bawah ini adalah review dari buku yang boring, garing dan berasa hawa narsisnya. Untuk menyesuaikan dengan nuansa buku, maka review ini juga bakal boring, garing dan penuh dengan ke-narsis-an reviewernya. *dikeplak sampai Timbuktu*

Heck! I lied. Ini bahkan bukan review. Karena banyak teman goodreads tercintah yang sudah memberikan review yang lebih komprehensif, maka saya mo nyinyir dan narsis aja. #bhihik
Oh dan curhatan ini meng-exclude yang sudah disebut dalam repiu-repiu sebelumnya.

Kalo anda ngerasa punya kerjaan yang lebih penting, ya silakan dilanjut.
Tapi kalo masih mo baca juga, yaaa...derita loe itu sih.

Kata Ibu saya sih, saya tuh mirip kucing. Bukan dari segi manja dan ndusel-nduselnya kucing, tapi dari segi kepo. Iya, Ibu saya emang mengacu pada kalimat femes ini : "Curiosity kills a cat", soalnya saya emang kepo banget. Saya gak tahu apa bener kepo bisa ngebunuh kucing. Yang saya tahu sih, rasa kepo memang beberapa kali hampir mencelakakan saya.

Semasa kecil, saya adalah anak yang selalu penasaran membuktikan omongan orang. So kalo dibilangin : "Jangan main piso, kalo kena tangan bisa berdarah, sakit."
Saya malah sengaja ngiris tuh piso ke tangan saya, penasaran aja apa bener bisa berdarah dan sakit. Eitss...ini bukan masokisss yaaa. Harap dibedakan! (*defense mechanism sebelum dituduh*).

Dan kekepoan itu udah bikin saya sengaja menyetrumkan diri, menabrakkan badan ke bemo kemudian angkot (karena pake bemo berasa kurang hardcore), ampe sengaja lompat dari atap rumah hanya untuk tahu apakah terjun dari atap tuh beneran bisa bikin patah kaki. Etapi waktu itu ada kasur sih di tanah. Ya saya kan cuma kepo dan bukan bego.
Untunglah makin gede makin berkurang kepo saya.

Kepo bahaya saya yang terakhir terjadi beberapa tahun yang lalu waktu baru lulus kuliah.
Saya dapat pasien percobaan bunuh diri dengan minum Baygon. Setelah si pasien stabil, saya ngobrol sama dia : "Bu, Baygon rasanya kayak apa?"
"Pait banget, dok."
"Oya? Lebih pait mana sama brotowali?"
(Yup, menurut saya brotowali itu substansi terpait di muka bumi ini. Yaa...tapi masih lebih pait waktu pacar ditikung sahabat sendiri sih. Itu mah paiiitt...pait...pait...paiitt, Jenderal! *Ups...mendadak curcol* #YaMaap)
"Jauh lebih pait Baygon, dok," jawab si ibu.

Rasa kepo saya pun terusik. Masak iya paitnya Baygon bisa ngalahin brotowali?
Jadi pas balik ke kamar jaga, saya ngambil kaleng Baygon, semprotin ke ujung jari saya dan langsung ngemut si jari imut #heyitsrhyme #sakarepmulah
Rasanya?
Beneran pait ternyata. Lebih pait dari brotowali. Dan lebih gak enak juga karena selain pait juga berasa kecut dan sepat. Walo yah...masih lebih pait waktu pacar ditikung sahabat sih. #TeteupCurcol Photobucket
Jadi yah teman-teman, buat yang patah hati dan berpikir minum Baygon, saran saya : JANGAN! Percuma soalnya. Paitnya gak ilang juga. Coba minum spiritus ato minyak tanah gitu. You're welcome, bye the way.

Lalu apa hubungannya buku ini dengan cerita di atas? Gak ada sih.
Saya kan cuma pengen pamer aja kalo saya tahu rasanya Baygon dan kalian nggak. Hohohohoho..... #TertawaLaknatDiPinggirKawah #LaluDitendyang

Yah rasa kepo saya bangkit lagi kemaren gara-gara buku ini.
Kata penulisnya sih, baca buku ini kudu punya banyak syarat. Misalnya open minded yang mana gak masalah buat saya. Buka hati aja saya gak segan, apalagi cuma buka pikiran (iya...saya tahu ini garing).
Trus juga kudu suka Broadway. Bukan masalah juga sih, secara saya rajin ikutan Broadway aka Beronda With Style (iyaa...iyaaa..saya tahu ini maksa dan garing.)
Dan yang paling penting harus berotak prima. Uhm...yang ini agak susah. Saya sih dari kecil udah doyan nenggak minyak goreng cap Prima, tapi gak tau ya apa itu berpengaruh pada otak saya ato ndak. Let's see aja deh ya.

Novel ini dimulai dari Donald yang terbangun pada pagi pernikahannya di London. Sayang di tengah jalan mobil yang ditumpangi bersama tunangan dan sahabatnya mengalami kecelakaan. Sementara kedua orang lain meninggal, Donald koma dan jadi...eng...arwah gentayangan gitu?
Di hari yang sama, Donald bertemu Maroon kecil di Westminter Abbey. Destiny menentukan cuma Maroon yang bisa melihat Donald (Demyu Destiny!). Akhirnya Donald pun ngikutin Maroon ke Jakarta dan jadi teman belajar dan bermainnya.

Lalu Donald menghilang dan cerita berpindah 10 tahun ke depan. Maroon udah jadi dokter...trus diikuti adegan2 gak penting...hingga Maroon kuliah ke Singapur. Disana secara gak sengaja dia ketemu lagi sama Donald dan langsung ngerasa ada chemistry di antara mereka.
Baru kenalan bentar, destiny mengatur Maroon kecelakaan, kehilangan ayah dan jadi amnesia (bangke emang si destiny ini). Donaldnya sih tetap support Maroon, tapi Maroonnya gak mau. Digebahlah si Donald pergi.
Dan David pun memasuki hidup Maroon.
Cerita bergulir pada sejumlah adegan gak penting lainnya yang berkutat di PDKTnya David dan rese-nya Maroon di topik "kok-loe-suka-sama-cewe-amnesia-kayak-gw".
Sampe akhirnya Maroon bisa ingat lagi, tendang David (sukurin! Emang enak dijadiin back up! #SumpahBukanCurcol #BenerBenerBukanLho) lalu ngejar Donald ke Singapoh.

Selesaikah penderitaan pembaca?
Oho...TIDAK!
Penulis masih betah nyiksa pembacanya. Itu cerita diputer lagi. Untuk ditutup dengan ending yang ehm...garing.

Apa yang bikin saya mentahbiskan buku ini sebagai buku kacrut?
Banyak hal sih. Saya ampe bingung mo bahas yang mana dulu. Coba kita mulai dengan :

1. Gaya bahasa yang jadul buanget. Bahkan lebih jadul dari jaman Maria A Sardjono. Sejaman dengan angkatan Balai Pustaka kali. Bedanya kalo para sastrawan Balai Pustaka merangkai dengan indah, yang ini berasa...basi
Contohnya :
"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhan lah yang terlaksana."
"Selalu saja ada berkat di balik kenestapaan kehidupan yang pekat."
"Meluncurkan panah asmara langsung ke jantung sasarannya."
"...terasa seperti ditusuk sembilu."


Dear Miss Yunisa, I suggest you to time travel to 70's and publish your book there when these words were last used. I'm so sure it's gonna be a big hit back then. And you could torment the milennium kids for having to read and review your book as one of the best literatur ever.
No need to thank me for this wonderful idea, bye the way.

2. Dialog yang keju banget. Keju bakar disiram saos keju dan dikasi taburan keju pun bahkan masih kalah keju dibanding ini. (Mungkin) Rencananya mau bikin bahasa yang niatnya romantis, tapi jatohnya jadi picisan.
Misalnya :
"Gadis yang di matanya bisa kulihat api kehidupanku."
 ===> Eciyeee...api kehidupan lhooo. #disemburNaga

"Dari matanya aku juga bisa melihat masa depan."
==> Coba dicek, situ lagi ngeliat mata orang ato liat bola kristal sebenernya?

"Maroon, kau lebih cantik daripada selusin mawar ini."
==> Aduh mas, rayuannya basi sekali! Pantes ditinggalin.

Seakan kekejuan itu belum cukup, penulis hobi banget masukin lirik lagu yang gak nyambung di tengah percakapan yang (harusnya) serius.
Seperti ini:
"Toh, kalau Donald memang jodohku, somehow, One way or another, I'm gonna see ya, I'm gonna meet ya, meet ya, meet ya seperti lagunya Blondie."
ato
"Mungkin sekarang Donald memang belum jodohku. Jadi buat apa susah? Buat apa susah? Susah itu tak ada gunanya..."

Yeah epribodih, it's #tepokjidat moment.
Photobucket

Masih ditambah pula kalimat yang gak nyambung di otak saya seperti :

"Tinggal sebulan sebelum hari ulang tahunku. Tapi mimpi burukku sudah dimulai hari ini."
===> Maksudnya si tokoh punya tradisi klo dia mimpi buruk tiap ultah dan khusus tahun ini mimpi buruk dimulai sebulan sebelumnya? Apa sih makna "Tapi" di kalimat itu?

Juga penggunaan istilah yang gak tepat seperti ini :
"Mirip George clooney saja, tua - tua kelapa, makin tua makin membuat cewek tergila-gila!"
====> Keladi kaliiiii, mbaaakkkk. Kelapa tua sih jatohnya jadi santan doang.
Dan menyangkut santan, jadi inget kejadian waktu masih di puskesmas.
Ada teman kerja umur 18 tahun yang bakal nikah dengan duda cerai 5x berumur 60an tahun.
Namanya juga desa. Kejadian kayak gini ya dibahas lah. Dan seorang perawat berkomentar : "Kenapa X mo kawin deng Pak Y ya? Barang su seng enak itu. Su terlalu sering diperas. Seng bisa lai jadi anak karna terlalu encer. Cuma bisa dipake jadi santan saja."
Yeah...DEYM HER! I could never see santan the same way again since that. Photobucket

Eh kok jadi ngelantur ke santan? Mbak Yunisa sih bawa-bawa kelapa.
Pokoknya masih banyak kalimat-kalimat ajaib lainnya yang kalo mo saya tulis disini sama aja dengan nulis ulang nih novel di gudrit. Saya persilakan anda baca sendiri aja ya. Good luck lho. Photobucket

3. Homofobia

I'm a faghag. Karenanya saya terganggu dengan sentimen dan prasangka negatif tentang gay yang ada di buku ini. Oke...saya tahu kalo penulis anti gay, itu hak dia.
Tapi gak perlu bikin prejudice yang malah nunjukkin dia kurang paham dunia itu.
Misalnya ketika tokoh Sharon keheranan kenapa sepupunya Wiro yang gay itu bisa disukai orang tua sahabatnya. Ih...gak nyadar ya gay itu likeable banget. Matt Bomer anyone? Neil Patrick Harris? Sir Ian McKellen? Dan...Albus Dumbledore! Yeah!!!

Yang bikin gemes juga waktu secara tersirat dibilang kalo gay itu gak jantan.
Heh? Kata sapa? Siapa pun yang berpendapat gay itu gak jantan boleh coba adu tinju sama Mark Leduc (ya tapi waktu si Mark masih muda sih) ato adu dunk sama John Amaechi.
Hah? Apa? Gak tau Mark Leduc dan Amaechi? Ih kacian tekali. #MenatapIba
Intinya kalo ada yang bilang gay itu gak jantan, pasti pengetahuannya tentang gay mentok sampe ke Olga doang #ups #dicakarpensnyaOlga #runrunfast #kepelukanMattBomer
Photobucket

4.Too much information (yang gak penting)

Mungkin buat penulis, disinilah point plus novelnya. Buat saya sih fakta ini malah gengges. Ya walopun saya akuin membaca penjelasan penulis bikin saya mo ketawa dan bilang "pffttt".
Contohnya waktu penulis ngasi tahu kalo rambut palsu itu wig, ato waktu penulis dengan baik hati menjelaskan kepada pembaca (via Maroon tentunya) bahwa cara terbaik PDKT ke cewe dimulai dari keluarganya dulu (pffttt lagi).

Tapi dari semua penjelasan penulis, gak ada yang ngalahin epiknya penjelasan beliau (cieee....beliauuu) waktu ngejelasin tentang bride's maid dan best man. Demi untuk menjelaskan arti kedua kata itu serta siapa yang biasanya dapat peran kehormatan tersebut, penulis menghabiskan tak kurang dari -wait for it- 1 paragraf. #tepokjidat #ampejenong Photobucket

Ketika Yunisa dengan yakinnya berpendapat bahwa novelnya akan abadi sampai 100 tahun ke depan, dan bahwa orang di masa depan akan berpikir : "Astaga-naga, ternyata Yunisa, tahun 2006-dst udah memikirkan dan mengamati hal yang sama!", pasti yang dimaksud adalah bagian ini.

Saya bisa ngebayangin, tahun 2110 nanti, dalam sebuah kelas Literatur Fiksi, akan ada seorang guru yang berkata seperti ini :
"Jadi, yang menarik dari novel karangan Yunisa ini adalah pikirannya yang jauh ke depan. Sebagai contoh, istilah best man dan bride's maid yang baru diadopsi ke dalam bahasa Indonesia sekitar 30 tahun yang lalu, sudah digunakan olehnya pada novel yang terbit 100 tahun lalu.
Belum jelas apa istilah yang digunakan orang Indonesia pada jaman novel Yunisa ini terbit. Tapi banyak ahli yakin, di jaman itu orang menyebut bride's maid dan best man sebagai "orang-(berasa)-eksis-yang-berdiri-di-sebelah-pengantin-terus-terusan."
Ya memang orang jaman dulu nggak efektif. Kita harus berterima kasih pada Yunisa yang memperkenalkan istilah ini pertama kali kepada masyarakat Indonesia.
Walaupun ketika novelnya pertama terbit, informasi ini dikritik habis-habisan oleh pereview kurang kerjaan di Goodreads bernama asdewi." (Maap ya teman-teman, ternyata setelah 100 tahun, cuma nama saya yang masih eksis). #DirajamRameRame
(ps : jangan keplak saya, plis. Saya tahu kok ini garing. *muka memelas*)

5. Penggunaan kata "destiny" yang over dosis di novel ini.
Ketemu dan jadi sahabat itu destiny. Gak mau ngajak cewek lain kencan, karena si tokoh menunggu destiny-nya. Besok-besok kebelet ke WC ato laper doang dianggap destiny juga dah. #NyinyirDetected

Dan dari bertaburannya kata "destiny" yang ada di novel ini, 2 peristiwa ini sih yang ngasi momen "pffttt" :
Scene pertama:
"David, kenapa sih kita sering sekali bertemu walau kita tidak janjian?"
"Mungkin itu destiny?"

Bookkk...kalo emang ketemu gak sengaja di berbagai tempat bisa dianggap sebagai destiny, maka gw sama Stramaccioni pastilah destiny. Waktu dia datang ke Jakarta kemarin, kita sering ketemuan gak sengaja gitu. Dari ketemuan di lift ampe ketemuan di dekat toilet.
Jadi dia kah destiny saya? dear God, please make it come true. Mohon segera beri hidayah padanya agar sadar bahwa destiny-nya ada di Jakarta.

Eh bentar...
Waktu liburan ke Bali kemarin, saya juga sering ketemu sama Anang. Saking seringnya ketemu, teman saya ampe mikir kita kualat karena cabut kantor dengan alasan ikut pelatihan dan dikasi balasan berupa siksaan visual yaitu secara konstan ketemu pasangan (yang merasa diri) Kate & Will itu.
Jadi...apakah Anang (ato Ashanty?) akan menjadi destiny saya?
Dear God, I beg You please, dont! Jangan ampe se-mblegedes itu sih, pleaseee. Thank you, God. Amin. Photobucket

Anyhoo, peristiwa ke-2 adalah ketika David beranggapan Maroon destiny-nya karena si Maroon ngomong "Christmas is family time" yang mana adalah kalimat paporit David ke ibunya.

Cyiiiinnn...kalo nyebut ucapan yang sama bisa dianggap destiny, maka ada berapa milyar orang di dunia ini yang jadi destiny saya waktu saya bilang : "Gw lapeeerrr" ato waktu saya bilang : "Kayak ketek badak nih sinyal" ?
Jadi sebenernya destiny saya ada berapa sih? Kok gak ada satu pun yang nongol? Hah? Hah?? Hah??? *dilemparBTS*
(PS : Hei...kamu yang baca review ini, pasti juga pernah ngucapin kalimat di atas kan? Ih berarti kamu juga destiny saya. Hayo atuh buruan pinang saya dengan bismillah dan  sesendok berlian *kedipkedipcentil* Photobucket #LaluDitujesPakeSabretooth)

Masih soal "ucapan-yang-sama-adalah-destiny", di halaman 178 ada part dimana David dan Donald mengucapkan kalimat yang sama. Berarti mereka destiny dong?
Setelah ngantuk maksimal, saya langsung excited pas nyampe di bagian ini.
Huwooww...apa buku ini akan berubah ke gay lit? Photobucket
David dan Donald menyadari bahwa mereka destiny lalu naik kuda bersama menuju matahari terbenam sementara Maroon nangis suwe di belakang? (I also don't know why I had this lame vision).
Woww...Wowww.....Spekta sekali Yunisa ini. Twist yang kueren buanget. Sumpah saya meremehkan kemampuan dia.
Maka dengan semangat saya lanjut baca.
Dan kecewa karena ternyata tebakan saya salah.
Dia kembali ke plot cerita garing ala layar tancap, layar kaca, layar gelasnya dong :s
*pembaca kecewa* #YaMenurutLooooo

6. Karakter-karakternya yang unlikeable

Karakter David dan Donald itu dibikin terlalu sempurna ampe jatohnya malah jadi ilfil. Novel Harlequin aja, yang ceritanya manis banget ampe bikin semut kena diabetes, masih ngasi kekurangan di para tokoh cowoknya. Tokoh yang paling saya suka disini sih Olivia, adiknya Maroon.

Dan tokoh paling nyebelin itu jelaslah : Maroon!
Saya udah mulai ilfil pada tokoh ini sejak halaman 16 ketika terjadi dialog seperti ini antara Maroon dan ibunya :
I : "Di sini sebenarnya kan kuburan."
M : "I know and I'm not scared."
I : "Why?"
M : "Karena aku mau jadi dokter! Dokter kan tidak boleh takut!"


Euh...ada yang salah dari pernyataan itu. Dokter juga manusia kok yang boleh takut. Lagian tuh gelar juga gak bakal ngaruh apa-apa buat kuntilanak.
Kebayang deh kalo waktu ketemu saya bilang : "Oi Kunti, gw gak takut sama loe. Kan gw dokter."
Palingan juga si Kunti jawab : "Ya terus? Masalah buat gw? Buat temen-temen gw? Pfft...please deh, bwok!"
Lalu dia pergi sambil kibas rambut dan geal geol patpat (Ini kunti ato Inem sebenernya?)

Apalagi kalo ketemu Pocong. Bisa ngakak kejang dia kalo saya bilang saya dokter. Si Pocong bakal bilang : "Jadi loe dokter? Huahahaha...kesian banget ya loe. Gw cuma dibungkus kayak lontong gini udah punya puluhan film hits di bioskop. Lah loe, pake jas putih keren gitu, bawa stetoskop mahal-mahal, peran loe paling mentok cuma ngomong : "Maaf kami sudah berusaha maksimal...". Suster malah lebih canggih dari loe. Dia cuma ngesot doang udah bisa nge-hits gitu pelemnya. Huahaha...kasian loe, cuy!"
(PS : Dan sumpah ini bukan curcol. Bener-bener bukan kok! #YaAdaCurcolDikitSih)

Anehnya karakter si Maroon ini, dia gak takut sama kuburan di Westminster Abbey. Tapi takut sama kuburan Cina dan kuburan lokal.
Alasannya?
Karena yang dikuburin di Westminster itu pake pakaian rapi sementara di Indo dibungkus kayak lontong ato pake daster putih.
Bah!!! Dia lupa kalo Count Dracula dan Bloody Mary juga bajunya rapi. Tapi coba aja situ liat, mempan kagak gelar dokter situ kalo ngadepin si Tante Mary yang bedarah-darah itu. #KenapeGwYangSewot

7. Logic check

Sebenernya sih mbak Iyut udah ngebahas tentang logic check-nya. Tapi di blognya penulis menyarankan reviewer untuk logic check dan kasi kontribusi positif ke penulisnya, maka saya berusaha kasi kontribusi ke penulisnya. Mengenai apakah kontribusinya positif ato nggak, biar penulis saja yang menilai.

Ini mengenai 1 part yang belum (ato mungkin gak tega) ditulis sama mbak Iyut.
Part yang dimaksud ada di halaman 39, scene waktu Donald tersadar dari koma. Dan ini petikannya :

"Dokter, dokter, denyut jantung pasien mulai melemah!" perawat berteriak. Dua orang perawat dengan cekatan menyiapkan alat kejut listrik defibrillator...
===> Oh jadi denyut jantung melemah itu didefib ya, mbak? Gak liat dulu pola irama jantungnya gimana?

"...Dokter menempelkan defibrillator di atas dada pasien. Tidak ada reaksi. "Kita ulangi,"..."
===> Bookkk! Di-CPR dulu baru defib lagi. Itu mesin defibnya butuh waktu buat recharge dan sembari nunggu ya di-CPR dong ah.

"Bunyi detak jantung masih rata."
===> Haapppaaahhhh??? Rata anda bilang? Jadi dari tadi pasiennya udah rata alias garis lurus alias asystole? Ya terus kenapa didefib? CPR buruan!
Hiihh...!!! Minta didefib juga nih penulisnya. Photobucket

"Kita coba sekali lagi! Naikkan tegangan!"
===> *tarik napas dalam* Mbak Yunisaaaa, defib itu tegangannya gak dinaikkan. Tentukan aja mo pake defibrillator yang monophasic ato biphasic. Yang bisa dinaikin itu cardioversi. Logic check dong, mbak! Logic check!
*kemudian bengek* *lupa buang napas* *sengaja dijelasin* :p

"...pasien tersentak dan sesaat kemudian detak jantung si pasien perlahan kembali normal...pasien lelaki berwajah tampan itu bangun dari komanya yang panjang."
...
Saya speechless Photobucket.
Saran aja nih mbak penulis, kalo lain kali nekat mo nulis novel yang ada scene emergency-nya, coba kurangi nonton Grey's Anatomy dan Scrubs lalu perbanyak nonton ER ato House.

Sebenarnya ide dasar novel ini lumayan kok. Tapi kenapa eksekusinya bisa begini kacrut adalah misteri yang belum berhasil saya pecahkan.
Untuk nemuin jawabannya, saya mengikuti saran penulis untuk membaca ulang bukunya, karena "semakin dibaca ulang, kesannya jadi beda".

Bener sih apa yang dibilang itu.
Soalnya baca pertama kali bikin saya kasi 1 bintang, nah baca yang kedua malah turun jadi setengah bintang. Kesannya emang beda kok pas dibaca ulang. Semacam jadi makin keliatan garingnya gitu deh.

Sebenernya saya sih mau aja baca ulang untuk yang ketiga, keempat bahkan ampe 10x juga. Masalahnya, itu jatah bintang tinggal dikit. Khawatirnya kalo saya baca ulang tuh bintang malah jadi habis dan saya kudu bikin sistem rating baru.

Ya sebenernya gak papa juga sih bikin sistem rating baru, toh gak ribet juga. Tinggal nambah 1 shelf doang kok. Cuma saya masih bingung nentuin pake rating yang mana, apakah "
Kancut Rating System (pinjem istilahnya SinemaIndonesia)


ato

Eneg Rating System
Photobucket

(btw gambar diambil dari sini. Gak sempet putu sendiri soalnya)

Daripada kelamaan bingung, saya memutuskan menyudahi percobaan baca-ulang ini dan berhenti di 1/2 bintang saja.
Besides, this book worth its half star anyway.
Beneran kok! Coba deh baca blog penulisnya di post berjudul yang kena sensor. Saya sih bersyukur akan keberadaan editor di buku ini. Kalo nggak, entah bakal sepanjang apa review ini.
Jadi setengah bintang itu untuk para editor novel ini.

Bye the way, ampe akhir saya masih gak tau apakah kepo beneran bisa bunuh kucing #MasihNgototBahasKucing. Yang saya tahu, di akhir baca buku ini saya menemukan satu lagi persamaan saya dengan kucing yaitu : Gak ada kapoknya!

Saya juga gitu. Walopun keprimaan otak saya terancam tiap kali baca buku kacrut, tapi saya gak kapok untuk membaca buku kacrut. Karena menulis repiu kacrut sesungguhnya masturbasi otak.
Jadi sampai jumpa di repiu kacrut berikutnya (yang entah kapan).
Salam buku kacrut!

PS :
Terima kasih untuk siapa pun yang sudi membaca curhatan ini ampe akhir.
Maap kalo panjang banget. Saya emang gak jago nulis yang singkat, padat dan jelas. Saya jagonya emang ngoceh kayak gini.
Jadi makasi buat yang tahan baca ampe akhir.
Tapi saya punya pertanyaan buat anda/kalian :

"Anda gak ada kerjaan ya? Ngapain juga buang waktu baca ginian? Mending juga pacaran!
Eh apa anda jomblo? Aduh kacian. Ngenes ya hidupnya, blo?"
Photobucket

#BerlaluDenganSongong
#SambilGandengPacar
#YangAdalahBantal
.....
....
...
..
.


IYAAA...IYAAA...SAYA JUGA JOMBLO! SAYA JUGA NGENES!
PUASSS??? HAH? HAH?? HAH???

BUBAAARRR!!! WHOOSAAAHHHH....

Photobucket